JAKARTA-Konsul Haji Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Jeddah, Endang Jumali menyatakan ada warga negara Indonesia (WNI)yang dikabarkan akan mengikuti ibadah haji 2021. Diketahui sebanyak 327 WNI tercatat mendaftar sebagai calon jamaah haji 2021. Endang mengatakan pemerintah Arab Saudi memang membuka kesempatan ibadah haji tahun Ular termasuk hewan melata yang berbahaya bagi manusia. Ular dapat menyengat dengan bisanya dan melilit manusia, tanpa kecuali anak-anak. Selain ikhtiar lahiriah, kita dianjurkan berdoa untuk melindungi anak-anak dari kemungkinan bahaya ular. Berikut ini doa yang dapat dibaca diri sendiri untuk berlindung dari bahaya ular. أَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ وَهَامَّةٍ وَمِنْ كُلِّ عَيْنٍ لَامَّةٍ Aūdzu bi kalimātillāhit tāmāti min kulli syaithānin wa hāmmatin wa min kulli aynin lāmmah. Artinya, “Aku berlindung dengan kalimat Allah yang sempurna dari segala setan, hewan melata, dan segala penyakit ain yang ditimbulkan mata jahat.” Adapun berikut ini adalah lafal doa yang dibaca oleh Rasulullah untuk melindungi kedua cucunya sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhari. أُعِيْذُكُمَا بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ وَهَامَّةٍ وَمِنْ كُلِّ عَيْنٍ لَامَّةٍ Uīdzukuma bi kalimātillāhit tāmāti min kulli syaithānin wa hāmmatin wa min kulli aynin lāmmah. Artinya, “Aku melindungi kalian berdua dengan kalimat Allah yang sempurna dari segala setan, hewan melata, dan segala penyakit ain yang ditimbulkan mata jahat.” عن ابن عباس رضي الله عنهما قال كان النبي صلى الله عليه وسلم يعوذ الحسن والحسين ويقول إن أباكما كان يعوذ بها إسماعيل وإسحاق أعيذكما بكلمات الله التامة من كل شيطان وهامة ومن كل عين لامة Artinya, “Dari Ibnu Abbas RA, ia bercerita bahwa Nabi Muhammad SAW mendoakan perlindungan Hasan dan Husein. Rasul bersabda, Sungguh, bapak kalian Ibrahim melindungi Ismail dan Ishak dengan dengan kalimat ini, Uīdzukuma bi kalimātillāhit tāmāti min kulli syaithānin wa hāmmatin wa min kulli aynin lāmmah.’’” Doa ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari yang dinukil oleh Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah dalam kitab Al-Wabilus Shayyib minal Kalimit Thayyib, Kairo, Darud Diyan lit Turats 1987 M/1408 H, halaman 168. Wallahu alam. Alhafiz Kurniawan
Artimimpi ular dan belajar cara naik haji adalah Konsep yang selama ini anda terapkan dalam kehidupan anda telah menarik kepercayaan orang lain, ini bagus jika kaitannya dengan usaha, namun disisi lain anda sendiri tidak terlalu percaya diri dengan kepercayaan yang diberikan, lihat selengkapnya

Ilustrasi ular berkepala manusia. Gambar diambil penulis dari Oleh M Abdullah Badri PERCAYA atau tidak tidak, terserah Anda. Cerita ini bukan legenda karena saya dengarkan langsung dari saksi yang melihat langsung harta karun miliknya, dan diambil orang lain untuk naik haji tanpa cara-cara jujur. Tapi percayalah, Makkah dan Madinah adalah miniatur kejujuran manusia. Apapun yang kita perbuat di tanah kelahiran, sangat mungkin mendapatkan balasan langsung dari Allah Swt. ketika menunaikan ibadah haji di tanah suci. Sebut saja namanya Nawi. Pada tahun 1974, ia melihat ada harta karun dari sebuah tanah keramat peninggalan Nyai Ratu Kalinyamat Jepara yang didapatkan oleh Mbah Sardi berupa benda, dari tanah miliknya, yang menurut penglihatan Mbah Pardi dan putranya, terlihat seperti batu bata. Tapi oleh Nawi, ia melihat benda itu bukan batu bata, namun emas berlian karena meskipun kelihatan seperti batu bata, tapi lapisannya mengkilap, berkerlip-kelip seperti intan permata seperti biasanya, yang tentu saja bernilai sangat mahal. Baca Peringatan Kiai Turaichan Kepada yang Merasa Mewakili Ulama "Mbah, buat saya saja batu batanya, toh jenengan juga masih memiliki batu bata lainnya di tanah jenengan sendiri," kata Nawi. Mbah Sardi mengiyakan saja pinta si Nawi, karena perkataan dia benar adanya. Di tanah miliknya yang disebut warga setempat sebagai Kuto Bedah tersebut, batu bata bertumpukan tertanam banyak, tersimpan di dalam tanah. Batu bata itulah yang disebut warga Robayan sebagai peninggalan kerajaan Nyai Ratu Kalinyamat bersama Sultan Hadlirin. Kuto Bedah adalah sebutan untuk kota yang hancur, ya bekas kerajaan Nyai Ratu Kalinyamat itu. Letaknya berbatasan antara Desa Robayan Kalinyamatan dan Brantak Sekarjati Welahan Jepara. Kutho Bedah disebut-sebut sebagai tempat peninggalan harta berharga milik kerajaan Nyai Ratu Kalinyamat zaman memimpin Jepara selama 30 tahun pasca mangkatnya Sultan Hadlirin bin Mughayyat Syah di tangan Arya Penangsang. Kutho Bedah juga tempat petapaan Nyai Ratu Kalinyamat. Nawi sengaja mengatakan benda itu kepada Mbah Sardi sebagai batu bata karena dia memiliki niat ingin mengambilnya, menjadi miliknya. Akhirnya, setelah diserahkan oleh Mbah Sardi, Nawi menggadaikan harta karun kepada seorang penguasaha Cina toko emas di desa sebelah. Dari dana gadai emas itulah ia berangkat haji ke Makkah dan Madinah. Berlian keramat akan dilabur oleh sang pengusaha Cina bila Nawi tidak membayar sesuai tempo yang dijanjikan. Nawi sepakat, meski dana yang dia dapatkan hanya sebatas ongkos naik haji, ia rela menjaminkan berlian dari Mbah Sardi karena dia mendapatkannya tanpa susah. Malang nasib. Pasca naik haji, ternyata Nawi tidak pulang-pulang ke rumahnya di Robayan. Banyak orang bertanya nasib di Makkah sana waktu itu. Keluarganya juga banyak yang menganggap Nawi sudah meninggal di tanah suci. Baca 15 Tahun Tinggal di Perumahan, Baru 2 Kali Masjidnya Gelar Perayaan Maulid Nabi Beberapa tahun kemudian, jamaah haji dari desa Robayan ditemui sosok ular besar berkepala manusia, yang bisa berbicara bahasa Jawa dan mengenalkan dirinya sebagai Nawi. Bukan hanya satu dua orang yang dietemui, beberapa jamaah haji dari desa Robayan yang dikenal Nawi, ditemui juga olehnya, dan mereka bilang ular berkepala manusia itu meminta makan. Nawi menemui tetangganya di Makkah untuk menceritakan ihwal dirinya tidak bisa pulang dan menjadi ular. Ia kirim permintaan maaf lewat para jamaah haji tetangganya itu, agar Mbah Sardi memaafkan. Meskipun Mbah Sardi dan putranya, yang melihat batu bata just sebagai batu bata, yang juga menjadi sumber kisah ini sudah memaafkan, tapi Nawi sudah kadung mendapatkan balasan dari Allah Swt. saat menunaikan ibadah haji. Ia sudah terlanjur mengambil hak orang lain. [ Keterangan Kisah ini banyak saksi mata. Keturunan Mbah Sardi maupun Nawi juga masih bisa dilacak. Kisah ini juga masyhur di lingkungan warga setempat. Cerita dituturkan oleh putra Mbah Sardi pada Kamis malam, 6 Juni 2019.

Tapinggak punya niat, nggak punya usaha, nggak akan berangkat ," tutur sang Ustaz. Pada kesempatan itu, Ustaz Adi Hidayat juga memberikan sebuah rahasia bagi Anda yang ingin segera berangkat haji
- Kejadian aneh kerap terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Baik kamu alami sendiri maupun berdasarkan pengalaman orang lain. Nah, kali ini ada foto-foto orang naik hewan-hewan liar atau yang nggak lazim dinaiki orang. Kira-kira kamu bakal ikut-ikutan nggak, ya? Kalau sudah ada larangan dilarang mendekat apalagi menaiki mending jangan lah ya guys! Tapi, 10 foto orang naik hewan liar yang dikutip dari ODDEE, Jumat 29/7 ini benar-benar bikin kamu melongo. Cek, yuk! 1. Beruang. Pria menaiki beruang di jalan di Xingjiang, Jerapah. Pengguna Reddit, Kidballa, mengunggah foto tantenya menaiki jerapah yang terjadi pada tahun Alligator. Penangkaran alligator di California, Amerika Serikat menyediakan jasa menaiki alligator kepada pengunjungnya. Hal ini terjadi sebelum adanya Disneyland. 4. Burung unta. Penangkaran burung unta Cawston di Pasadena, California, Amerika Serikat dibuka pada tahun 1886 oleh Edwin Cawston. Peternakan yang tak jauh dari Los Angeles LA ini adalah peternakan burung unta pertama di dunia. Di sini para pengunjung boleh menaiki burung unta, Singa. Penangkaran singa milik pria bernama Gay dibuka di El Monte, California, sekitar 30 kilometer dari LA. Di sini beberapa singa ikut syuting film Tarzan pada kala itu, sepertinya untuk film Tarzan sekitar tahun 1919-1942, mengingat hanya pada rentang tahun inilah masa pembukaan penangkaran tersebut. Nah, foto di atas, si pemilik penangkaranlah yang berfoto menaiki hewan liar apalagi ya yang nekat naiki orang? KLIK NEXT ya.. Orangnaik haji, karena itu, tidak pulang ke kampung untuk membangga-banggakan pengalamannya dengan Ka’bah karena ia bukan barusan melakukan perjalanan turistik. Orang menjadi haji artinya berhasil melahirkan kembali kepribadiannya, menjadi “makhluk” yang sama sekali baru. Kemudian mensyukurinya. Kemudian menikmatinya. Tak bisa dipungkiri semua agama, ideologi, atau isme lainnya bisa berkembang karena pengaruh politik kekuasaan. Kenyataan terjadi di seluruh dunia -juga terjadi di Indonesia- dalam kurun sejarah manapun. Fakta ini jelas nyata di depan mata pascatragedi perang saudara di tahun 1965. Mulai saat itu semua kalangan agama menikmati berkah setelah tumbangnya kekuatan politik yang gemar berkoar-koar 'agama tak lebih sekedar sebagai candu belaka.'Tak hanya umat Islam yang mendapat berkah, di Jawa misionaris Kristen pun menangguk untung dengan masuknya lebih dari dua juta orang ke agama mereka. Namun, di pihak lain, penganut Islam pun mendapat berkah baik secara kualitas dan kwantitas jumlah penganutnya pun ikut melambung secara signifikan. Paling tidak sebagian besar penduduknya di KTP masing-masing tertera beragama adzan yang sebelum peristiwa jahanam itu terdengar sayup-sayup, semenjak usai peristiwa semakin hari semakin bertambah keras serta muncul di mana-mana. Meski ada jargon Islam yes dan partai Islam no’ pengajian terus berlangsung semarak. Masjid, langgar, forum pengajian kebanjiran jamaah. Sebutan pejoratif terhadap segala hal yang berbau agama yang sebelumnya sangat kencang bertiup seperti menguap begitu saja. Pembagian kaku 'Trikotomi' -priyayi, abangan, dan santri- ala Clifford Geertz dalam masyarakat Jawa misalnya menjadi berantakan. Mereka yang dulu diyakini sebagai strata sosial yang tak mungkin bisa menyaty, ternyata mampu luruh dan kemudian beralih menjadi kaum santri. Dan kini, seperti kemudian ditulis sejarawan Australia, MC Ricklefs semenhak itu penetrasi Islam di Jawa makin semakin kencang dan kian mendalam. Dan kini, malah sudah merasuk sedemikian jauh sehingga tak ada kemungkinan untuk balik lagi! Kenyataan tersebut tampak nyata bila memperhatikan situasi sosial di wilayah pedalaman Jawa’ . Tiba-tiba setiap kali ada perkumpulan, misalnya untuk acara hajatan di kampung-kampung, kaum ibu hampir semuanya sudah mengenakan jilbab. Sesuatu yang amat jarang terlihat di awal dekade 70-an. Kesannya, dari omongan dari hati ke hati dengan para kaum ibu itu mereka mengatakan tak pantas bila datang dengan kepala bondolan’ tak tertutup/plontos.Lalu apa dan kapan ciri dari penetrasi Islam yang makin dalam? Jawabnya mudah sekali. Lihat saja pada daftar antrean naik haji yang di berbagai kabupatan di Jawa yang sudah lebih dari 20 tahun. Di Jawa Tengah misalnya, kalau anda daftar haji sekarang maka anda baru bisa berangkat pasca tahun 2030, bahkan 2036. Setiap tahun ada sekitar orang jamaah yang akan naik haji. Jelas sebuah masa tunggu dan jumlah jamaah yang fantastis. Ini berbeda sekali dengan masa pertengahan 1970-an, yang saat itu jamaah haji pertahunnya yang tak sampai 100 orang dan bila mendaftar maka langsung bisa berangkat pada tahun itu juga. Tak ada antrean mengular berbilang puluh tahun seperti yang paling nyata lagi, meski di masa awal hingga tahun akhir 1980-an, dakwah Islam begitu direpresi dengan berbagai macam aturan mulai dari pendataan ulama, pelarangan ceramah/khutbah, hingga tuduhan aksi teroris hingga makar, namun diam-diam para pejabat pemerintah Orde Baru mulai tertarik untuk pergi haji. Gairah keIslaman yang ada di arus bawah ternyata berimbas kepada mereka yang ada di lapisan atas.’Memang awalnya seperti tak mungkin. Tapi semenjak akhir dekade 1970-an, para pejabat Orde Baru mulai tertarik naik haji,’’ kata Ketua Umum Himpunan Penyelenggara Umrah dan Haji Khusus HIMPUH, Baluki dia, awalnya memang tak bisa percaya bila semua itu terjadi mengingat begitu kautnya Islamofobia yang tertanam di benak publik sejak zaman kolonial. Namun, faktanya dari tahun ke tahun jumlah jamaah haji terus bertambah. Masih minimnya pemahaman mereka terhadap ajaran Islam tak menghalangi mereka menyempurnakan keimanan dirinya. Banyak sekali yang belum shalat, tak puasa di bulan Ramadhan, apalagi membayar zakat. Istilah jawanya Islam model rubuh-rubuh gedang’ atau Islam orang awam yang cuma ikut-ikutan. Tapi mereka tetap berhaji, sebuah penyempurnaan identitas diri rohaniahnya yang di era sebelumnya hanya dilakukan oleh mereka yang disebut kaum santri.’’Meski begitu, ternyata banyak juga pejabat yang bukan berasal dari kalangan santri yang saat itu tergerak hatinya ingin naik haji. Dan keantuiasan inilah yang kemudian mengispirasi munculnya bisnis penyelenggaran haji ONH Plus, atau Haji Khusus,’’ ujar Baluqi. #buahpisang #panenpisang #silaturahmi #ibadahhaji Silaturahmi sebelum Naik Haji || Si Manusia Pisang ambonSila 403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID aJk9iUlUe-3pNBDqjCOoZknj_EmLeK__46XfXaCQiOwtjW5prIUgJg==
Pausmembandingkan penyebaran berita palsu dengan godaan ular pada Hawa agar makan buah apel terlarang di Alkitab, dengan menyebut keberhasilannya tergantung pada ketamakan manusia.
Kadang kita telah ikhlas mengorbankan waktu, pikiran bahkan harta benda, untuk menolong orang lain, tapi orang yang kita bantu justru memandang sebelah mata, bahkan berbuat jahat kepada kita. Lalu bagaimana kita menyikapinya? Berikut ini kisah ular versus manusia, tentang kebaikan yang tak akan pernah sia-sia. *** Alkisah, ada laki-laki bernama Muhammad Ibnu Hamir yang siang rajin berpuasa dan malam beribadah qiyamul lail. Suatu saat ia pergi berburu hewan. Di tengah perjalanan ada ular yang menghadangnya. Lalu terjadilah dialog di antara keduanya. Si Ular “Hai Muhammad, tolong selamatkan diriku.” Ibnu Hamir “Dari siapa?” Si Ular “Dari musuhku. Dia berbuat jahat kepadaku.” Ibnu Hamir “Musuhmu siapa?” Si Ular “Musuhku ada di belakangku.” Ibnu Hamir “Kamu dari golongan umat siapa?” Ular “Dari umat Muhammad saw.” *** Seketika itu Ibnu Hamir membuka selendangnya dan berkata “Masuk selendang sini aja.” Si Ular “Kalau aku di dalam selendang, musuhku akan tahu.” Ibnu Hamir “Lalu apa yang harus aku lakukan?” Si Ular “Jika kamu sudi berbuat baik kepadaku, bukalah mulutmu hingga aku masuk ke sana.” Ibnu Hamir “Aku khawatir kamu akan membunuhku.” Si Ular “Tidak, demi Allah. Tak mungkin aku tega membunuhmu.” Kemudian Ibnu Hamir perlahan membuka mulutnya, dan Si Ular pun segera masuk ke dalam tubuhnya. *** Setelah Ibnu Hamir meneruskan perjalanan, ia berpapasan dengan orang yang membawa parang yang ternyata adalah musuh di ular. Si Musuh “Hai Muhammad!” Ibnu Hamir “Ada yang bisa ku bantu?” Si Musuh “Apakah kau bertemu dengan musuhku?” Ibnu Hamir “Musuhmu siapa?” Si Musuh “Musuhku seekor ular.” Ibnu Hamir “Maaf aku tidak tahu.” Demikian ucap Ibnu Hamir menutup-nutupi sembari mengucapkan istighfar 100 kali, karena sebenarnya ia mengetahui di mana Si Ular bersembunyi. *** Perlahan Ibnu Hamir melangkahkan kaki meneruskan perjalanan. Setelah cukup jauh Si Ular pun mengeluarkan kepalanya. Si Ular “Sudahkah musuhku pergi dari sini?” Ibnu Hamir “Ku lihat kiri kanan, tiada siapapun. Jika ingin keluar silahkan.” Si Ular “Hai Muhammad, ada dua opsi untukmu. 1 Kau pilih aku hancurkan limpamu dari dalam; atau 2 aku lubangi hatimu ini dan ku biarkan dirimu tanpa ruh!” Ibnu Hamir “Subhanallah … Lho di mana janji yang telah kau ucapkan?” Apakah kau lupa dengan sumpahmu? Kok cepat banget kamu melupakannya?” Si Ular “Mengapa kamu lupa permusuhanku dengan moyangmu, Nabi Adam, dimana aku membuatnya keluar dari surga. Salahmu sendiri, atas dasar apa kau lakukan kebaikan kepada makhluk yang tak sepantasnya diperlakukan secara baik?” Ibnu Hamir tak menyangka jawaban keji dari ular yang telah ditolongnya sampai-sampai terpaksa berbohong pula. Ibnu Hamir “Kau yakin akan membunuhku?” Si Ular “Iya, pasti.” Ibnu Hamir “Kalau gitu, tunggu sebentar hingga aku naik ke gunung untuk menyiapkan diri.” Si Ular “Silahkan berbuat semaumu.” Lalu Muhammad bin Hamir pun naik ke atas gunung di tengah keputusasaan, tak ada harapan lagi untuk hidup di dunia. *** Sesampai di puncak, Ibnu Hamir menatap arah langit sembari berdoa يَا لَطِيفُ، يَا لَطِيفُ، اُلْطُفْ بِي بِلُطْفِكَ الْخَفِيِّ. يَا لَطِيفُ، بِالْقُدْرَةِ الَّتِي اسْتَوَيْتَ بِهَا عَلَى الْعَرْشِ، فَلَمْ يَعْلَم الْعَرْشُ أَيْنَ مُسْتَقِرُّكَ إِلَّا مَا كَفَيْتَنِيْ هَذِهِ الْحَيَّةَ Artinya, “Wahai Allah Dzat Yang Mahalembut, wahai Allah Dzat Yang Mahalembut, berlaku lembutlah kepadaku dengan kelembutan-Mu yang samar. Wahai Allah Dzat Yang Mahalembut, dengan kekuasan-Mu yang denganya Engkau menguasai Arsy’, lalu Arsy pun tidak mengetahui di mana kekuasan-Mu, kecuali tidak Engkau lindungi diriku dari kejahatan ular ini.” *** Ibnu Hamir kemudian melanjutkan jalannya. Tak disangka, seketika itu ada sosok lelaki rupawan, berbau harum wangi, dan sangat bersih, yang menghampirinya. Si Rupawan “Salamun 'alaika, hai Muhammad. Kenapa kau kelihatan sedih? Ada apa gerangan?” Ibnu Hamir “Wa’alaikassalam, hai sudaraku. Musuhku telah berbuat jahat kepadaku.” Si Rupawan “Musuhmu di mana?” Ibnu Hamir “Di dalam perutku.” Sejurus kemudian Si Rupawan itu memberikan suatu daun hijau seperti daun Zaitun kepada Ibnu Hamir, sambil berkata “Hai Muhammad, kunyahlah daun ini. Setelah itu kau telan.” Tak terduga, seketika Ibnu Hamir mengunyah dan menelannya, Si Ular berputar-putar di dalam perutnya dan keluar berkeping-keping dari arah bawah atau duburnya. Menyaksikan keajaiban itu, Ibnu Hamir memegang baju Si Rupawan dan bertanya “Siapa sebenarnya dirimu, dimana Allah telah menyelamatkanku dengan perantara dirimu?" "Apakah kamu belum kenal diriku, hai Muhammad?”, kata Si Rupawan setelah sebelumnya tertawa karena ketidaktahuan Ibnu Hamir. Ibnu Hamir “Belum.” Si Rupawan “Mengertilah wahai Muhammad bin Hamir! Saat kau dianiaya oleh Si Ular dan kau berdoa dengan doa tadi, para malaikat di langit mengadu kepada Allah swt dan Allah pun segera mengutus diriku datang menolongmu. Aku adalah malaikat Ma’ruf yang tinggal di langit keempat. Dikatakan kepadaku 'Pergilah ke Surga, ambil daun berwarna hijau, dan segera berikan kepada hamba-Ku, Muhammad bin Hamir.' Karena itu, wahai Muhammad, tetaplah berbuat baik kepada orang lain. Karena perbuatan baik itu akan menjaga pelakunya dari keburukan. Meskipun orang yang dibaiki—atau diperlakukan secara baik—tidak memedulikannya, namun di sisi Allah kebaikan tidak akan pernah akan tersia-sia." *** Demikian kisah ini disampaikan oleh Syekh Ahmad bin Hijazi al-Fasyani. Kisah ini secara persis dapat disimak dalam kitabnya al-Majalisus Saniyyah. Ahmad bin Hijazi al-Fasyani, al-Majalisus Saniyah fil Kalam 'alal Arba'in An-Nawawiyah, [Semarang, Maktabah al-Alawiyah], halaman 40. Kisah tersebut mengilhami kepada kita, kebaikan kita kepada orang lain tidak akan pernah sia-sia. Walaupun orang yang diberi kebaikan tidak membalas, atau bahkan ia tidak mengakuinya, namun sudah menjadi sunnatullah, kebaikan pasti akan dibalas oleh Allah swt. Kebaikan tidak akan pernah sia-sia. Bahkan kebaikan akan menyelamatkan kita dari arah yang tidak terduga. Wallahu a’lam. Ustadz Bisri Mahfudh, Alumni Pondok Pesantren API Tegalrejo
Mb12KMN.
  • 5myaf5wp44.pages.dev/102
  • 5myaf5wp44.pages.dev/476
  • 5myaf5wp44.pages.dev/179
  • 5myaf5wp44.pages.dev/490
  • 5myaf5wp44.pages.dev/98
  • 5myaf5wp44.pages.dev/435
  • 5myaf5wp44.pages.dev/296
  • 5myaf5wp44.pages.dev/104
  • manusia ular naik haji